Alasan Pria di Pacitan Tak Sudi Pakai Kontrasepsi untuk KB

  • Bagikan
Program KB, Metode Operasi Pria (MOP) atau vasektomi masih menjadi momok bagi pria di Pacitan. (Foto: Istimewa)
Program KB, Metode Operasi Pria (MOP) atau vasektomi masih menjadi momok bagi pria di Pacitan. (Foto: Istimewa)

 

BeritaIDN, PACITAN-Pria di Pacitan memiliki alasan tersendiri mengapa banyak yang tidak mau memakai kontrasepsi untuk program Keluarga Berencana (KB)

Menurut data Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak (PPKB dan PPPA) Pacitan selama 2024, hanya ada empat pria yang mendaftar untuk ikut program KB vasektomi.

Pun itu, mereka semuanya mundur tidak jadi memakai.

“Hanya ada 4 laki-laki sebagai aseptor MOP, tetapi mereka pada mundur sebelum mencoba,” ungkap Kadis PPKB dan PPPA, Jayuk Susilaningtyas, Selasa, 1 Oktober 2024.

Jayuk mengungkapkan, alasan pria enggan ber KB adalah karena kontrasepsi kerap diidentikan dengan urusan perempuan saja.

Selain itu, adanya salah persepsi bahwa vasektomi sama seperti kebiri bisa membikin hilangnya gairah turut menjadi faktor penyebab.

Baca juga :  Dampingi Warga Vaksin Bripka Latip: Kesehatan Warga Poin Penting

Masih jarangnya juga tokoh dan pemuka masyarakat yang meneladankan Vasektomi untuk pria. Alat kontrasepsi pria juga masih terbatas pada dua pilihan, yakni kondom dan metode pria (MOP) atau lebih dikenal istilah sterilisasi vasektomi

“Di Pacitan itu, untuk target KB sudah melebihi 100 persen. Namun partisipasi KB pria masih perlu digenjot lagi,” bebernya lagi.

Sementara untuk KB perempuan, setidaknya dari beberapa jenis alat kontrasepsi yang disediakan pemerintah secara gratis.

Paling favorit, ibu-ibu di Pacitan menggunakan KB susuk atau implan, yang jumlahnya mencapai 1.288 aseptor.

“Angkanya sudah sangat baik,” sambungnya.

Terakhir, Jayuk menekankan, perencenaan keluarga merupakan poin penting yang harus dipersiapkan setelah menikah.

Baca juga :  Pilkada Pacitan Didominasi Pemilih Gen-X, Baby Boomer 101 Ribu Orang

Pasalnya, dengan perencanaan keluarga yang matang, salah satunya adalah kemampuan untuk merencanakan kehamilan, tentu dapat meningkatkan kesehatan mental dan kebahagiaan bagi keluarga.

“Kami mengingatkan, untuk pasangan suami istri di Pacitan harus punya perencanaan untuk mengatur jarak kelahiran kemudian kapan harus hamil tidak terlalu tua dan juga tidak terlalu muda, jaraknya setidaknya 3 tahun, jangan baru 2 tahun sudah punya adik lagi. Seperti itu,” pungkasnya.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *