Gereja Katolik St. Fransiskus Xaverius yang dikenal dengan julukan Gereja Kapal di Pacitan, Jawa Timur, memiliki sesuatu yang unik dan berbeda dari gereja-gereja lainnya.
Di dalam gereja ini, terdapat replika patung Bunda Maria yang tidak bercorak biru seperti umumnya, melainkan memakai pakaian dengan nuansa khas Indonesia.
Replika patung Bunda Maria ini mengenakan atasan berwarna hijau dengan hiasan ornamen emas, serta kain batik motif Kuwung khas Solo yang membalut bagian bawahnya. Di bagian mahkota dan tubuh patung, terdapat pula hiasan bunga merah muda dan perhiasan keemasan. Patung ini tegak berdiri di atas bola dunia, sebuah simbol dari kekuasaan Tuhan atas seluruh dunia.
Menurut Pastor Gereja Katolik St. Fransiskus Xaverius, Romo Ferdinandus Eltyson Prayudi, desain patung ini memiliki makna yang mendalam. Salah satunya adalah untuk menanamkan rasa cinta tanah air dan semangat kebangsaan kepada umat Katolik. “Melalui desain bernuansa Indonesia ini, kami ingin mengajak umat untuk mencintai budaya lokal sekaligus menguatkan identitas kebangsaan,” ujar Romo Prayudi.
Romo Prayudi juga mengungkapkan bahwa arsitektur gereja yang mengusung gaya pesisir pantai selatan memang sengaja dipilih untuk menggambarkan akulturasi budaya yang ada di Pacitan.
“Patung Bunda Maria ini mengadopsi gaya Kerajaan Mataram, karena Pacitan dahulu bagian dari Karesidenan Surakarta. Walaupun kini secara administratif masuk ke Jawa Timur, budaya yang berkembang di sini sangat dipengaruhi oleh Yogyakarta dan Solo,” jelasnya.
Meski desain patung Bunda Maria ini menyerupai sosok Ratu Pesisir Kidul, atau Nyai Roro Kidul yang terkenal di kalangan masyarakat pesisir, Romo Prayudi menegaskan bahwa kedua sosok ini sangat berbeda.
“Nyai Roro Kidul dipercaya masyarakat sebagai penjaga Pantai Selatan, sementara Bunda Maria adalah pelindung gereja dan ibu rohani bagi umat Katolik,” jelasnya.
Selain patung Bunda Maria, di sisi lain gereja terdapat patung Yesus yang juga mengenakan pakaian khas kerajaan Jawa, lengkap dengan mahkota dan ornamen berwarna oranye. Kedua patung ini menggambarkan simbol spiritual yang memadukan unsur budaya lokal dengan ajaran agama.
“Baik patung Yesus maupun Bunda Maria, keduanya mengusung pendekatan lokal dalam desainnya, yang mencerminkan penggabungan budaya dan agama,” ujar Romo Prayudi.
Selain itu, di dalam gereja juga terdapat ornamen Kandang Domba, yang mengingatkan umat akan peristiwa kelahiran Yesus di Bethlehem.
“Yesus lahir di palungan yang sederhana, bukan di penginapan. Ini adalah simbol kerendahan hati-Nya. Dengan kelahiran-Nya yang sederhana, Yesus menunjukkan bahwa Tuhan hadir bagi semua orang, tanpa memandang status sosial,” jelas Romo Prayudi.
Melalui perayaan Natal yang sedang berlangsung, Romo Prayudi berharap umat Katolik dapat merenungkan makna kedamaian yang dibawa oleh Yesus dan mengamalkan pesan-Nya dalam kehidupan sehari-hari.
“Pesannya adalah berbagi kedamaian dan kebaikan kepada sesama, tanpa membedakan siapa mereka. Seperti Yesus yang datang membawa kedamaian untuk semua orang,” ujarnya mengakhiri.
Gereja Katolik St. Fransiskus Xaverius melayani sekitar 219 umat Katolik yang tersebar di empat stasi, yakni Kecamatan Punung, Donorojo, Lorok, dan Pacitan.