Diduga Terpeleset saat Mencari Batu, Pria di Pacitan Ditemukan Tak Bernyawa

  • Bagikan
Evakuasi korban diduga terpeleset di Sungai Grindulu, Arjosari, Pacitan. (FOTO: Deni for BeritaIDN)

BeritaIDN, PACITAN– Sarno, lelaki 40 tahun asal Desa Kedungbendo, Kecamatan Arjosari, Pacitan, memilih pagi itu untuk turun ke Sungai Grindulu. Ia mencari batu. Namun, siapa sangka, ia justru ditemukan tak bernyawa di antara batu-batu yang dicarinya, mengapung di aliran sungai yang deras, tersandar pada sebuah batu besar.

“Korban ditemukan sekitar pukul 10.30 WIB, dalam kondisi tengkurap dan sudah meninggal dunia,” ujar Ipda Ferry Ardyanto, Kapolsek Arjosari, Polres Pacitan, Rabu (1/1/2025).

Pagi itu, Sarno keluar rumah sekitar pukul 08.00 WIB. Ia biasa mencari batu srontol—batu sungai yang sering dimanfaatkan warga. Sungai Grindulu, yang jaraknya sekitar 500 meter dari rumahnya, menjadi tujuan rutin.

Namun, pukul 10.00 WIB, ibunya, Paijem, mulai resah. Anak lelakinya belum pulang. Ia menyusul ke sungai, tetapi Sarno tak terlihat. Paijem pun meminta bantuan Tri Wahyudi, tetangga dekat yang kebetulan berada di rumah, untuk mencari Sarno.

Baca juga :  Angin Puting Beliung Hantam Desa Mantren Pacitan, Kerugian Capai Rp50 Juta

Tri menyusuri aliran sungai ke arah selatan. Sekitar 70 meter dari tempat biasa Sarno mencari batu, ia melihat tubuh mengapung di tengah sungai, tersandar pada batu. “Setelah memastikan itu Sarno, saya langsung melapor ke Polsek Arjosari,” kata Tri.

Evakuasi dilakukan segera. Warga bersama anggota polisi, Koramil, dan petugas medis turun tangan. Saat itu, arus Sungai Grindulu cukup deras. Dasar sungai penuh bebatuan keras dan tajam.

“Korban diduga terpeleset saat mencari batu, kemudian terbawa arus, dan kepalanya terbentur batu,” jelas Ipda Ferry.

Dari pemeriksaan luar, ditemukan luka kecil di dahi korban. Selain itu, ada cairan berbusa berwarna putih di mulutnya. Dugaan sementara, Sarno terseret arus beberapa saat sebelum akhirnya meninggal dunia.

Baca juga :  BPBD Pacitan Ingatkan Warga Waspada Cuaca Ekstrem 

Sarno ternyata sudah lama mengidap komplikasi penyakit jantung dan diabetes. Riwayat penyakit ini diduga melemahkan tubuhnya saat berusaha melawan arus sungai.

Meski begitu, pihak keluarga menerima peristiwa ini sebagai musibah. Mereka memastikan tidak ada unsur kesengajaan atau keterlibatan pihak lain. Atas permintaan keluarga, autopsi tidak dilakukan. Surat pernyataan dan permohonan resmi telah disampaikan kepada pihak berwenang.

Batu-batu yang menjadi alasan Sarno turun ke sungai, pada akhirnya juga menjadi tempat tubuhnya bersandar. Tragedi ini mengingatkan kita pada betapa alam memiliki kekuatan yang tak terduga. Dan Sarno, di antara batu-batu sungai Grindulu, kini menjadi kisah yang akan selalu diingat oleh warga Kedungbendo.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *