Geopark Gunung Sewu, Wisata Edukasi Gratis Kelas Dunia di Pacitan

  • Bagikan
Pengunjung saat melihat wisata Geopark Pacitan. (Foto: Heri/BeritaIDN)

BeritaIDN, PACITAN – Di ujung selatan Jawa, terbentang sebuah kawasan yang tak hanya menyajikan keindahan lanskap perbukitan karst, tapi juga menyimpan kisah geologi jutaan tahun yang menjadi warisan dunia. Kawasan itu adalah Geopark Gunung Sewu, yang membentang dari Parangtritis di Yogyakarta hingga Pacitan, Jawa Timur.

Sejak ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark pada 2015, Geopark Gunung Sewu menjadi destinasi wisata edukasi unggulan yang semakin dikenal luas, termasuk di kalangan wisatawan mancanegara.

“Ternyata kita ini termasuk dalam kawasan mega thrust, yaitu pertemuan lempeng Australia dan Eurasia. Pacitan dulunya berada sekitar 40 meter di bawah permukaan laut. Setelah terkena dorongan lempeng Australia dan lapisan tanah menumpuk, akhirnya naik ke permukaan,” jelas petugas pengelola Geopark Gunung Sewu di Pacitan, Josie Isvandiary Chandra Rajasa, Selasa (13/5/2025).

Menurut Josie, rintisan awal geopark ini dimulai pada tahun 1990-an. Dari proses geologi yang berlangsung selama jutaan tahun, terciptalah formasi lebih dari 40.000 bukit kecil yang menjulang sepanjang pesisir selatan Pulau Jawa. Formasi ini menjadi alasan kuat kawasan ini diajukan dan akhirnya diakui oleh UNESCO.

Baca juga :  Ruas Jalan Perbatasan dan Destinasi Wisata Pacitan Kian Mulus

Geopark Gunung Sewu bukan sekadar tempat untuk menikmati pemandangan, tetapi juga menjadi pusat konservasi geologi, ekologi, arkeologi, dan antropologi. Lebih dari itu, geopark ini juga berfungsi sebagai sarana pendidikan dan pemberdayaan ekonomi warga sekitar.

“Tujuan utama geopark bukan hanya pelestarian, tapi juga pendidikan dan peningkatan ekonomi masyarakat,” tambah Josie.

Yang membuat Geopark Gunung Sewu makin istimewa adalah aksesnya yang gratis untuk umum. Tanpa tiket masuk, pengunjung bisa menikmati kekayaan alam dan sejarah yang ada di dalamnya. Bahkan, lokasi ini kini sering digunakan untuk berbagai kegiatan, baik formal maupun non-formal, termasuk kunjungan studi, seminar, hingga event komunitas.

Tampak dari luar Geopark Pacitan. (Foto: Heri/BeritaIDN)

“Tamu-tamu kami tidak hanya dari lokal saja, tapi juga dari luar negeri seperti Bulgaria, Jerman, dan negara-negara Eropa Timur lainnya,” terang Josie.

Meski belum bisa dibandingkan dengan destinasi wisata besar lain di Indonesia, namun daya tarik Geopark Gunung Sewu terus tumbuh. Sepanjang tahun 2024, kawasan ini mencatat kunjungan sebanyak 2.164 pengunjung, dengan lonjakan tertinggi pada April dan Agustus, bertepatan dengan musim liburan sekolah.

Baca juga :  14 Sekolah di Pacitan Siap Digabung, 6 Lainnya Masih Dievaluasi

Hal ini menunjukkan bahwa wisata edukatif seperti geopark masih memiliki tempat di hati wisatawan, terlebih di era pascapandemi yang membuat masyarakat semakin sadar akan pentingnya wisata berbasis pengetahuan dan konservasi.

Salah satu pengunjung asal Sumatra, Cahyono, mengungkapkan kekagumannya saat pertama kali berkunjung ke Geopark Gunung Sewu.

“Saya baru tahu kalau Pacitan punya tempat sebagus ini dan bernilai sejarah geologis tinggi. Ini benar-benar wisata edukasi yang keren, sayang kalau tidak dimanfaatkan generasi muda masa kini,” tuturnya.

Namun demikian, Josie menyadari bahwa keberlangsungan geopark ini sangat bergantung pada konsistensi pengelolaan dan dukungan pemerintah.

“Tidak usah muluk-muluk, yang penting tertib, konsisten, dan disiplin dalam hal anggaran. Supaya wisata ini tetap lestari dan berkembang,” pungkasnya.

Geopark Gunung Sewu di Pacitan tak hanya layak dikunjungi, tapi juga dilestarikan sebagai laboratorium alam terbuka bagi generasi mendatang. Gratis, mendidik, dan bernilai dunia—Geopark Gunung Sewu adalah permata tersembunyi yang kini mulai bersinar. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *