Pendataan Penganut Aliran Kepercayaan di Pacitan Terkendala, Bakesbangpol Janji Turun Lapangan

  • Bagikan
Kepala Bidang Ideologi, Wawasan Kebangsaan, Ketahanan Ekonomi, Sosial, Budaya, dan Agama Bakesbangpol Pacitan, Tri Meidiarto, saat ditemui, Senin (11/08/2025). (Foto: Heri/BeritaIDN)

BeritaIDN, PACITAN – Proses pendataan penganut aliran kepercayaan di Kabupaten Pacitan hingga kini belum berjalan maksimal. Meski Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Pacitan telah melayangkan permintaan data, sejumlah kecamatan masih menemui kendala di lapangan.

Kepala Bidang Ideologi, Wawasan Kebangsaan, Ketahanan Ekonomi, Sosial, Budaya, dan Agama Bakesbangpol Pacitan, Tri Meidiarto, mengungkapkan bahwa penganut aliran kepercayaan masih ditemukan di beberapa wilayah. Dua kecamatan yang menjadi titik utama adalah Kecamatan Tegalombo dan Kecamatan Punung.

“Dulu ada beberapa aliran kepercayaan yang sudah berbadan hukum, tapi sekarang tidak aktif lagi. Namun realitanya penganut kepercayaan itu masih ada,” jelas Tri, Senin (11/8/2025).

Tri menambahkan, salah satu komunitas penghayat di Tegalombo bahkan sempat menjadi lokasi studi tiru rombongan asal Yogyakarta. Kunjungan tersebut menunjukkan bahwa eksistensi penghayat kepercayaan di wilayah ini mendapat perhatian dari luar daerah.

Baca juga :  Polisi di Pacitan Ini Gencar Jadi Penggerak Ketahanan Pangan

Namun, hingga kini Bakesbangpol belum memiliki data akurat terkait jumlah maupun aktivitas para penganut kepercayaan itu. Menurut Tri, hambatan yang dihadapi bukan semata pada aspek teknis, melainkan juga persoalan sosial.

“Kendalanya mungkin ada pada aspek sosial. Di lingkungan kita sebenarnya banyak yang menganut kepercayaan, tapi keterbukaannya masih belum berani,” ujarnya.

Kondisi ini, lanjut Tri, membuat proses pendataan memerlukan pendekatan khusus. Bakesbangpol tidak ingin sekadar mengumpulkan angka tanpa memahami latar belakang dan kebutuhan para penghayat. Oleh karena itu, setelah rangkaian kegiatan Agustus selesai, pihaknya akan terjun langsung ke lapangan.

“Mulai awal September, kami akan melakukan pendekatan jemput bola dengan mendatangi individu maupun kelompok penghayat,” ungkapnya.

Baca juga :  Truk Fuso Terjungkal di Pacitan, Rumah Warga Jadi Sasaran

Pendekatan ini diharapkan tidak hanya membantu memperoleh data akurat, tetapi juga membangun rasa percaya dari masyarakat penganut kepercayaan. Tri menegaskan, jika ditemukan ada kelompok atau lembaga penghayat yang belum terdaftar secara resmi, pihaknya siap memberikan pendampingan.

“Kalau ada kelembagaan mereka, kami siap memfasilitasi agar mereka mendaftarkan lembaganya secara resmi supaya tercatat di pemerintahan. Tujuannya adalah untuk melindungi masyarakat,” tegasnya.

Lebih jauh, Tri menyoroti pentingnya mengedepankan toleransi di tengah keberagaman keyakinan yang ada di Pacitan. Menurutnya, kehidupan sosial yang rukun menjadi modal utama dalam menjaga stabilitas daerah.

“Mari saling tenggang rasa, saling toleransi, dan saling bahu-membahu dalam kegiatan sosial tanpa melihat ras dan agama,” pungkasnya. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *