BeritaIDN, PACITAN—Kasus bullying di kalangan pelajar memang bikin pusing. Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan (Dindik) sadar betul, urusan menekan perundungan di sekolah ini tidak bisa cuma dilimpahkan ke guru dan sekolah saja.
Kepala Dindik Pacitan, Khemal Pandu Pratikna, mengatakan kalau strategi yang akan digunakan ke depan adalah melibatkan orang tua secara aktif. Orang tua harus jadi mitra utama sekolah dalam membentuk karakter anak, bukan cuma penonton.
Menurut Khemal, perilaku anak itu bukan cuma dipengaruhi suasana di sekolah. Pola asuh di rumah juga punya pengaruh besar banget. Tapi anehnya, selama ini kalau ada masalah kenakalan atau perundungan, yang sering kena semprot justru sekolah, pengawas, bahkan dinas.
“Bullying itu kan soal perilaku anak. Dan perilaku anak itu dipengaruhi banyak faktor, bukan cuma sekolah saja. Faktanya, mereka lebih banyak di luar sekolah. Tapi giliran ada masalah, yang disalahkan selalu sekolah atau dinas,” keluhnya pada Kamis (20/11/2025).
Program Sekolah Sambang Rumah: Guru Datang, Bukan Cuma Kalau Ada Masalah
Nah, untuk menjawab kegelisahan ini, Dindik Pacitan bakal meluncurkan program ‘Sekolah Sambang Rumah’. Ini adalah program kunjungan rutin guru dan tim sekolah langsung ke rumah-rumah orang tua siswa.
Yang menarik, kunjungan ini bukan cuma dilakukan saat ada masalah lho. Ini adalah upaya preventif alias pencegahan dini.
“Selama ini kan sekolah datang kalau ada masalah. Sekarang kita balik, kunjungan itu dilakukan mau ada masalah atau enggak ada masalah. Kita mau mendorong fungsi pencegahan, bukan cuma reaksi setelah kejadian,” jelasnya.
Dengan saling mengunjungi, guru dan orang tua bisa tukar pikiran dan berbagi informasi tentang kondisi anak. Tujuannya, supaya pola asuh di rumah dan pola didik di sekolah jadi nyambung dan sejalan.
“Komunikasi yang nyambung antara dua pihak itu pondasi penting buat mencegah perilaku-perilaku menyimpang seperti perundungan,” tegas Khemal.
Ortu Dipersilakan Masuk ke Kegiatan Sekolah
Selain guru yang bertamu ke rumah, Dindik juga menyiapkan beragam kegiatan sekolah yang secara khusus akan melibatkan peran orang tua. Intinya, orang tua jangan cuma muncul kalau anaknya bermasalah, tapi harus ikut nimbrung ke dalam ruang-ruang pendidikan sebagai partner aktif.
“Sekolah nanti keluar mengunjungi orang tua, dan orang tua juga kita tarik masuk ke dalam sekolah. Harapannya biar ada hubungan yang nyambung dan tanggung jawabnya jadi tanggung jawab bersama,” tandasnya.
Khemal menekankan lagi, mengatasi bullying itu tidak akan berhasil kalau cuma diserahkan ke sekolah. Ia meminta orang tua untuk lebih care dan aktif memahami perkembangan anak.
Terakhir, ia berpesan khusus kepada semua orang tua untuk aktif berkomunikasi dengan sekolah. “Kami minta seluruh orang tua untuk aktif berkomunikasi dengan sekolah. Anak sekolah ini tanggung jawab bersama, tapi terutama, ini tanggung jawab utama orang tua.” Tutupnya. (*)













