Mesin Pompa Jadi Solusi Petani Pacitan saat Kemarau Panjang

  • Bagikan
Yadi tengah memasang pompa diesel sedot air di lahan miliknya. Mengambil air dari sumur yang dibuat di pinggiran sawah, 20 September 2024. (Foto: Al Ahmadi/BeritaIDN)
Yadi tengah memasang pompa diesel sedot air di lahan miliknya. Mengambil air dari sumur yang dibuat di pinggiran sawah, 20 September 2024. (Foto: Al Ahmadi/BeritaIDN)

Mesin-mesin pompa dipasang di pinggir sawah dan telah disambungkan dengan selang yang menjulur ke lahan milik warga. Penyedotan dapat dilihat di Dusun Wetih, Desa Purwoasri, Kecamatan Kebonagung, Pacitan Jumat, 20 September 2024.

Seorang petani padi, Yadi, mengatakan sudah hampir satu setengah bulan hujan tak kunjung turun. Kondisi ini berdampak pada produktivitas lahan tani miliknya.

“Tanahnya sudah mulai merekah, sawah belum bisa ditanami hampir sekitar dua bulan,” katanya di pinggiran sawah.

Menurut Yadi, apabila kondisi ini terus dibiarkan, produktivitas tentunya macet. Ia pun berupaya dengan membuat sumur dan menyedot air agar segera bisa dilakukan penanaman.

“Niatnya dianggurin sambil nunggu hujan. Jadi ini saya buatkan sumur saja,” ujarnya.

Penyedotan air, membuat Yadi harus mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli bahan bakar minyak guna menghidupkan mesin diesel.

Pompa Air yang mulai ramai dipasang warga untuk menyelamatkan lahan mereka dari kekeringan. (Foto: Al Ahmadi/BeritaIDN)
Pompa Air yang mulai ramai dipasang warga untuk menyelamatkan lahan mereka dari kekeringan. (Foto: Al Ahmadi/BeritaIDN)

Dalam sekali pengairan, dia membutuhkan pertalite antara satu hingga enam liter.

Baca juga :  Monitoring Pembagian Buku Tabungan Program BSPS, Bripka Latip: Jangan Lelah Selalu Bersyukur

“Ya mau bagaimana lagi, daripada lama dibiarkan. Mending mengeluarkan uang tambahan,” imbuhnya.

Tak jauh berbeda dengan yang diungkapkan oleh Sriyatun, petani cabai asal Dusun Galit, Banjarjo, Kebonagung.

Sedot air untuk mengairi sawah adalah hal lumrah baginya saat kemarau melanda.

“Hampir setiap tahun pas kemarau pasti ndisel dan ngrabuk. Supaya tanaman cabainya tidak mati,” bebernya.

Pun, ibu anak dua itu mengungkapkan, penyedotan hampir dilakukan oleg seluruh petani setempat. Mereka juga harus berebut air karena debit air di sumur warga kian menyusut.

“Dalam sehari banyak yang di diesel. Tentunya itung-itungan-nya kudu matang agar tidak merugi, antara biaya operasional dan nilai uang dari hasil panen,” tutupnya.

Terpisah, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, Sugeng Santoso, mengklIm kondisi pertanian di Pacitan saat ini menunjukkan perkembangan yang positif.

Baca juga :  Berburu Berkah Bripka Latip Utomo Bersih-Bersih Mushola

Sugeng mengatakan sebagian besar petani telah menyelesaikan panen dan sedang bersiap untuk masa tanam berikutnya.

Beberapa petani masih melanjutkan penanaman padi dengan memanfaatkan sumber air dari sungai dan sumur, dengan total luas area tanam mencapai sekitar 1.264 hektar.

“Diharapkan, tanam padi ini dapat berlangsung pada bulan Oktober dan November mendatang,” terangnya.

Selain padi, komoditas lain yang juga menjadi fokus adalah jagung, yang saat ini sedang memasuki masa panen.

Tanaman perkebunan, khususnya tembakau, juga mulai dipanen, dan proses perajangan sedang berlangsung. Beberapa petani sudah mulai melakukan penyetoran daun tembakau kepada pihak ketiga.

Sugeng Santoso, menjelaskan bahwa pemerintah berupaya meningkatkan luas tanam melalui pengembangan irigasi perpompaan dan pemanfaatan sumur.

“Kami berharap upaya ini dapat menambah luas tanam padi guna memenuhi kebutuhan pangan. Untuk bulan September, luas penambahan tanam dari pompanisasi mencapai 123 hektar,” ungkapnya.

Dengan langkah-langkah ini, diharapkan ketahanan pangan daerah dapat terjaga dan produksi pertanian meningkat secara berkelanjutan. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *