Meski Didera Efisiensi Anggaran, Peringatan Hari Jadi Pacitan Tetap Berlangsung Khidmat

  • Bagikan
Bupati Pacitan, Indrata Nur Bayuaji usai merayakan Hari Jadi ke-280 di Pendopo Djogo Karyo. (Foto: Heri/BeritaIDN)

BeritaIDN, PACITAN– Anggaran boleh ketat, tapi semangat tak boleh kendur. Begitulah suasana yang terasa dalam peringatan Hari Jadi Kabupaten Pacitan tahun ini. Meski terdampak efisiensi anggaran, acara tetap berlangsung khidmat, sarat tradisi, dan penuh nuansa sejarah.

Bupati Pacitan, Indrata Nur Bayuaji, membuka prosesi dengan langkah sakral dari Ndalem Wingking, diiringi Wakil Bupati Gagarin Sumrambah dan jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda). Mereka berjalan menuju Pendopo Mas Tumenggung Djogokarjo, tempat inti peringatan digelar.

“Alhamdulillah, acara ini bisa berjalan dengan baik, khidmat, dan tentu saja kita semua bisa merasakan atmosfer Pacitan yang kita cintai,” ujar Bupati Indrata.

Sebagai bentuk pelestarian sejarah, sebuah buku khusus telah disusun oleh tim yang dipimpin Sekretaris Daerah (Sekda) Pacitan.

Baca juga :  Dinas Pendidikan Pacitan Dukung Pembelajaran Deep Learding

“Harapan saya, buku ini bisa memperkaya wawasan kita tentang sejarah Pacitan. Karena sejarah itu punya banyak sudut pandang, dan semuanya perlu kita tampung agar menjadi kekayaan daerah,” tambahnya.

Tahun ini, peringatan hari jadi Pacitan mengalami beberapa perubahan. Kepala Bidang Kebudayaan Disparbudpora Pacitan, Sukanto, menyebut ada inovasi dalam prosesi.

“Kalau sebelumnya Pak Bupati keluar dari garasi, tahun ini beliau mios dari Ndalem Wingking, diiringi Forkopimda sebagai Parogoya Bupati Pacitan. Selain itu, tarian yang ditampilkan juga berbeda. Tahun ini kita menghadirkan Tari Sekar Pace, yang asli Pacitan, menggantikan Bedoyo dari Keraton,” jelasnya.

Tak hanya itu, untuk pertama kalinya perayaan ini menampilkan tari kolosal sebagai hiburan bagi tamu undangan.

Baca juga :  Rasakan Kenangan Kuliner 1980-an di Lontong Pecel Pacitan

“Kita ingin lebih melibatkan masyarakat, termasuk anak-anak sekolah, agar mereka merasakan langsung kebanggaan terhadap budaya daerah. Bahkan, jumlah tamu undangan kali ini disesuaikan dengan usia Pacitan, yakni 280 orang,” tambah Sukanto.

Tak lupa, prosesi juga dimeriahkan dengan kehadiran pusaka keris dan tombak—simbol kebesaran yang mencerminkan kekuatan dan kearifan lokal. Pusaka ini menjadi pengingat akan nilai-nilai perjuangan serta warisan budaya yang harus terus dijaga oleh generasi penerus.

Dengan berbagai inovasi dan keterlibatan masyarakat yang lebih luas, peringatan Hari Jadi Kabupaten Pacitan tahun ini bukan sekadar seremoni. Ia menjadi pengingat akan sejarah, pemersatu budaya, dan penguat identitas masyarakat Pacitan. Anggaran boleh efisien, tapi semangat dan tradisi tetap harus lestari. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *