Sedekah Laut Tamperan, Simbol Syukur Nelayan Pacitan Sambut 1 Suro

  • Bagikan
Wakil Bupati Pacitan Gagarin sedang menyampaikan sambutan Bupati, Kamis (26/6/2025). (Foto: FB Prokopim Pacitan)

BeritaIDN, PACITAN — Ratusan nelayan dan warga tumpah ruah di kawasan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tamperan, Kamis (26/6/2025), untuk mengikuti tradisi sedekah laut dalam rangka menyambut 1 Suro 1447 Hijriah.

Tradisi tahunan yang telah mengakar kuat di kalangan masyarakat pesisir Pacitan ini menjadi bentuk syukur atas rezeki hasil laut sekaligus doa keselamatan.

Prosesi sakral tersebut diawali dengan doa bersama di halaman Gedung Grhatama Jaladri. Suasana khidmat menyelimuti momen tersebut. Setelah doa usai, warga dan nelayan makan bersama sebagai simbol kebersamaan dan solidaritas sosial.

Puncak acara adalah larungan tumpeng dan sesaji ke tengah laut. Tumpeng dan aneka hasil bumi diarak menuju dermaga dengan iringan kesenian tradisional seperti hadrah, kethek ogleng, dan reog.

Tradisi ini diyakini sebagai wujud penghormatan terhadap laut, yang dianggap sebagai ibu kehidupan bagi para nelayan.

Wakil Bupati Pacitan, Gagarin Sumrambah, hadir secara langsung mewakili Bupati Indrata Nur Bayuaji. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya merawat tradisi sebagai warisan leluhur, sekaligus menjaga ekosistem laut agar tetap lestari.

Baca juga :  Pacitan Sambut Hari Jadi ke-280, Bupati Harap Masyarakat Kian Sejahtera

“Selain melestarikan budaya lokal, kita juga harus melestarikan laut sebagai salah satu sumber mata pencaharian,” ujar Gagarin saat membacakan sambutan Bupati.

Gagarin juga mengapresiasi kekompakan masyarakat pesisir Tamperan yang terus menjaga adat dan kearifan lokal. Ia berharap, tradisi ini dapat terus dilestarikan oleh generasi muda sebagai bagian dari identitas budaya Pacitan.

Menurut tokoh nelayan setempat, Suratno Mandor, sedekah laut bukan sekadar ritual tahunan, melainkan bentuk komunikasi spiritual antara manusia dan alam. Laut yang selama ini menjadi sumber kehidupan, harus dijaga dan dihormati.

“Kami percaya, dengan bersedekah laut dan berdoa bersama, Tuhan akan memberikan keselamatan serta hasil tangkapan yang melimpah,” ungkapnya.

Baca juga :  Bupati Pacitan: Reog Ponorogo Tetap Milik Indonesia

Sedekah laut tahun ini juga menjadi penanda dibukanya Festival Nelayan Pacitan 2025, sebuah event budaya tahunan yang rutin digelar setiap awal Muharam. Festival ini menyuguhkan berbagai atraksi seni budaya, pameran hasil laut, hingga bazar kuliner pesisir.

Ketua Panitia Festival Nelayan, Ferizal, menyampaikan apresiasi atas dukungan semua pihak yang turut menyukseskan acara tersebut. Ia berharap, ke depan, pelaksanaan festival semakin baik dan mampu menjadi daya tarik wisata budaya.

“Ini bukan hanya soal tradisi, tapi juga potensi pariwisata. Semoga ke depannya bisa lebih besar, lebih ramai, dan lebih memberi manfaat untuk nelayan dan masyarakat,” ujar Ferizal.

Antusiasme warga terlihat sejak pagi. Banyak yang datang bersama keluarga, bahkan tak sedikit wisatawan dari luar kota turut menyaksikan prosesi larungan. Mereka berbaur menikmati semarak budaya yang kental dengan nuansa religius dan kearifan lokal. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *