Ketika Kopi Jadi Bahasa Cinta Polisi di Pacitan untuk Warga

  • Bagikan
Bhabinkamtibmas Desa Sedeng, Polsek Pacitan, Aipda Sukendro saat menyeduh kopi untuk warga. (Foto: BeritaIDN)

BeritaIDN, PACITAN – Di Desa Sedeng, Kecamatan/Kabupaten Pacitan, nama Aipda Sukendro tak sekadar dikenal sebagai polisi. Warga menyapanya dengan panggilan hangat: Pak Bhabin Kopi. Sebutan itu lahir dari kebiasaan sederhana—menyeduh kopi di poskamling, di sawah, atau di teras rumah. Dari secangkir kopi itulah terjalin kedekatan, hingga aparat berseragam ini kini diperlakukan layaknya keluarga sendiri.

Sejak 25 Juli 2025, motor dinas Sukendro membawa muatan tak biasa. Selain seragam dan dokumen, ada kompor portable, ceret, kopi, dan termos yang tersimpan rapi dalam kotak kecil. Perlengkapan itu menjadi senjata utama dalam program Kopi Bolo Bhabin, gagasan Kapolda yang mengajak bhabin lebih dekat dengan masyarakat melalui obrolan santai.

“Kopi Bolo Bhabin itu sebenarnya program bapak Kapolda agar bhabin bisa lebih dekat dengan masyarakat,” kata Sukendro, Senin (18/8/2025).

Meski baru sebulan dijalankan, dampaknya langsung terasa. Warga yang sebelumnya canggung kini menyambutnya dengan antusias.

Baca juga :  Bripka Latip Utomo Apresiasi Warga Tertib Antri saat Pasar Beras Murah di Pasar Tulakan 

“Antusias dan respon mereka luar biasa,” ujarnya.

Senyum Pak Bhabin Kopi menyapa warga Des Sedeng di Pacitan. (Foto: BeritaIDN)

Rutinitasnya sederhana. Jika tak ada tugas kantor, Sukendro berkeliling desa. Ia berhenti di mana warga berkumpul, menyalakan kompor kecil, lalu menyeduh kopi. Aroma kopi panas menjadi pembuka percakapan. Dari obrolan ringan, ia menyelipkan pesan-pesan positif demi menjaga keamanan lingkungan, tertib lalu lintas, hingga pencegahan tindak kriminal.

“Nanti kita di lapangan mendatangi warga yang sedang berkumpul atau berada di poskamling. Kita buatkan kopi lalu ngobrol sambil memberikan pesan-pesan kamtibmas,” jelasnya.

Namun, di balik keramahan itu, ada pengorbanan. Sukendro harus meninggalkan istri dan anak semata wayangnya di Magetan demi tugas. Rindu selalu menghampiri, tapi sering terobati ketika warga Sedeng memperlakukannya dengan penuh keakraban.

Keakraban Pak Bhabin Kopi dengan warga. (Foto: BeritaIDN)

“Kadang gini, ketika kita datang itu masyarakat langsung bilang ‘Pak polisi, kopinya’. Jadi setiap lewat mereka sudah tahu dan nyapa, ‘Pak Bhabin kopi’,” katanya sambil tersenyum.

Baca juga :  Kisah Bhabinkamtibmas di Pacitan, Dedikasinya Digandrungi Warga

Cerita paling menyentuh datang ketika ia sempat berencana pindah tugas. Warga langsung menolak, seakan tak rela ditinggalkan.

“Pernah saya bilang akan pindah, tapi warga menolak. Mereka bilang, ‘Pak Bhabin di sini saja, karena bapak sudah dianggap keluarga sendiri’,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Program Kopi Bolo Bhabin tidak hanya menghadirkan rasa kebersamaan, tetapi juga mempermudah penyelesaian persoalan. Laporan bisa ditangani lebih cepat, mediasi dilakukan di tingkat warga, dan masalah sering selesai sebelum sampai ke ranah hukum.

“Dengan adanya Kopi Bolo Bhabin saya berharap warga bisa terbuka untuk menyampaikan permasalahan dan kendala kepada kita. Karena kita terbuka dan tidak membatasi,” tegasnya.

Di Desa Sedeng, kopi bukan sekadar minuman. Ia menjadi simbol kepercayaan. Dari cangkir-cangkir sederhana, lahir kisah tentang seorang polisi yang menjaga bukan dengan jarak, tapi dengan kehangatan. Sukendro membuktikan, secangkir kopi mampu menyeduh kedekatan yang tak ternilai. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *