BeritaIDN, PACITAN — Suasana Masjid Agung Darul Falah Pacitan pada Jumat (10/10/2025) malam terasa lebih hidup dari biasanya. Ratusan siswa SD dari berbagai kecamatan datang dengan wajah antusias dan semangat membara. Mereka berkumpul untuk meramaikan peringatan Hari Santri 2025 melalui ajang lomba keagamaan dan seni Islami yang digelar Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan.
Tahun ini, peringatan Hari Santri mengusung tema “Generasi Pencinta Ilmu yang Berakhlak”. Tema ini bukan sekadar slogan, tetapi menjadi semangat bersama untuk membentuk karakter anak sejak dini. Tiga cabang lomba digelar: Tahfiz Al-Qur’an, Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), dan Festival Hadrah Kontemporer.
Lomba Tahfiz dan MTQ digelar di Masjid Agung Darul Falah selama dua hari, 10–11 Oktober. Sementara Festival Hadrah diselenggarakan di Alun-alun Pacitan pada malam harinya, menghadirkan suasana penuh keceriaan dan nuansa Islami.
Antusiasme peserta terlihat sejak pagi. Sebanyak 23 peserta putra dan 24 peserta putri tampil dalam cabang MTQ. Untuk Tahfiz Al-Qur’an, 38 peserta putra dan 39 peserta putri unjuk kebolehan dalam menghafal ayat suci. Sedangkan Festival Hadrah Kontemporer diikuti 12 tim kecamatan dan 10 tim sekolah, menciptakan suasana meriah dan penuh semangat kebersamaan.
Kabid Pembinaan Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Pacitan, Wahyono, mengatakan bahwa kegiatan ini bukan sekadar perlombaan, tetapi bagian dari pembentukan karakter anak.
“Pertama, untuk memotivasi sekolah agar berinovasi dalam pembelajaran dan pembiasaan kegiatan keagamaan. Kedua, membina serta mewadahi potensi siswa dengan muatan pembiasaan keagamaan sehari-hari. Ketiga, memberikan apresiasi kepada siswa-siswa yang berprestasi, karena tanpa pondasi syariat yang kuat, mustahil masa depan anak-anak kita menjadi terarah,” ujarnya.
Wahyono juga menegaskan pentingnya kerja sama semua pihak dalam membentuk karakter generasi muda.
“Harapan kami, anak-anak kita diberi pemahaman agama sejak dini sehingga ke depan mampu membawa dirinya ke arah yang positif. Tentu harus ada dukungan dari semua pihak, baik sekolah, masyarakat, orang tua, maupun lingkungan,” tegasnya.
Ia pun menyampaikan pesan khusus kepada para orang tua, agar tidak menyerahkan sepenuhnya proses pembinaan kepada sekolah.
“Khususnya kepada orang tua, mari kita arahkan anak-anak kita, karena waktu terbanyak mereka justru bersama orang tua dan masyarakat,” pungkasnya.
Kegiatan Hari Santri 2025 ini menjadi lebih dari sekadar lomba. Di balik sorak-sorai dan tepuk tangan penonton, ada semangat besar untuk membentuk generasi yang mencintai ilmu dan agama. Anak-anak tidak hanya berkompetisi, tetapi juga belajar untuk tampil percaya diri, menjunjung nilai-nilai keagamaan, dan menghormati satu sama lain.
Di sela-sela lomba, suasana akrab terlihat. Para guru, orang tua, dan siswa saling menyemangati. Beberapa orang tua tampak bangga melihat anaknya melantunkan ayat suci Al-Qur’an dengan penuh khidmat.
Bagi Dinas Pendidikan, kegiatan ini menjadi wujud nyata upaya memperkuat pembinaan karakter lewat jalur pendidikan dan kegiatan keagamaan. “Kalau anak-anak punya dasar iman dan akhlak yang kuat, mereka akan tumbuh jadi generasi yang tangguh dan bisa membawa perubahan baik,” tambah Wahyono.
Peringatan Hari Santri 2025 di Pacitan akhirnya menjadi ajang yang tak hanya meriah, tapi juga menyentuh hati banyak orang. Lomba ini memberi ruang bagi anak-anak untuk belajar, tumbuh, dan mencintai agamanya sejak dini. (*)