BeritaIDN, PACITAN-Kantor Dinas Sosial Pacitan mendadak jadi ruang stand-up komedi yang kehilangan lucunya. Senin (17/11/2025), puluhan kader PMII Pacitan datang bukan untuk bersilaturahmi sambil ngopi, tapi untuk menyampaikan kekesalan tingkat dewa soal pendataan dan penyaluran bansos yang, menurut mereka, sudah lebih mirip benang kusut dibanding program penanggulangan kemiskinan.
Daftar keluhan mereka panjang dan sayangnya, tidak ada satu pun yang mengundang tawa. Mulai penerima bansos yang salah sasaran, dugaan pungli, oknum yang diduga bawa-bawa KKS warga kayak bawa kartu ATM, sampai dugaan nepotisme dalam menentukan siapa yang dapat bantuan dan siapa yang cuma dapat “sabar ya”.
Semua ini, kata PMII, bukan gosip warung kopi, tapi hasil laporan warga dan temuan lapangan yang mereka kumpulkan dengan tekun. Mirip investigasi, tapi versi mahasiswa.
koordinator audiensi, Ihsan Efendi, jadi semacam juru bicara kemarahan kolektif itu. Tone-nya serius, tapi vibe-nya seperti orang yang sudah terlalu sering melihat ketidakberesan sampai bingung mau marah apa capek.
“Kami turun ke lapangan, menerima aduan, dan melihat sendiri betapa ruwetnya persoalan bansos di Pacitan. Kalau tidak dibenahi, yang rugi ya rakyat miskin lagi,” ujarnya.
Tak hanya soal pungli dan salah sasaran, PMII juga membawa isu labelisasi “Keluarga Miskin”. Menurut Ihsan, label itu bukan untuk merendahkan, tapi sebagai strategi transparansi.
Sementara itu, Ketua PC PMII Pacitan, Al Ahmadi bilang stiker itu diperlukan untuk membuka siapa yang benar-benar berhak dan siapa yang selama ini nebeng tapi diam-diam bangga. “Ini soal keadilan,” tegasnya.
Nah, bagian yang paling mencuri perhatian datang dari Kepala Dinas Sosial Pacitan, Heri Setijono. Di tengah audiensi yang mulai memanas tapi tetap sopan, Heri mengeluarkan pernyataan yang membuat ruangan sedikit hening. Ia siap mundur kalau tidak mampu menjalankan tuntutan perbaikan bansos.
“Saya siap mengawal. Kalau tidak mampu, saya siap mundur,” ucapnya.
Kalimat itu biasanya keluar dari karakter drama politik, bukan pejabat yang sedang diaudiensi mahasiswa.
Audiensi berakhir dengan suasana yang, setidaknya, tidak berubah jadi keributan.
Pada kesempatan itu, PMII Pacitan menegaskan bahwa gerakan mereka bukan sekadar aksi spontan yang dibungkus seragam, tapi komitmen panjang untuk memastikan bahwa bansos tidak lagi diperlakukan seperti kue arisan yang dibagi sesuka hati. (*)













