Berkat sajian otentiknya yang menggugah selera. Kios Sate Tahu milik Eni Widyawati (60), yang terletak di Alun-Alun Pacitan, telah menjadi destinasi kuliner favorit masyarakat, apalagi muda-mudi.
Ada sejak 12 tahun lalu, kios ini dikenal dengan menu andalannya, sate tahu dan tahu bakar, yang selalu membuat pelanggan datang kembali.
Kios Sate Tahu Eni menawarkan dua varian porsi sate tahu yang menggoda: satu porsi berisi 10 tusuk dengan harga Rp12.000, atau 8 tusuk seharga Rp10.000.
Selain itu, tahu bakar yang disajikan dengan sambal kacang buatan sendiri juga menjadi favorit banyak orang, dihargai Rp10.000 untuk 8 potong.
Cita rasa khas yang ditawarkan berasal dari bahan-bahan yang dibuat sendiri, terutama tahu dan sambal kacang yang selalu segar dan lezat.
Menurut Eni, penggunaan bahan buatan sendiri lebih menguntungkan daripada membeli tahu atau sambal kacang dari luar.
“Kadang banyak orang yang membeli tahu tuna, mepet bathine (keuntungannya tipis). Karena itu, saya memilih membuat tahu dan sambalnya sendiri. Selain lebih hemat, sambal buatan sendiri juga lebih diminati pembeli. Saya biasanya membeli bahan sebanyak 2 kilo, yang kemudian diolah menjadi 4 kilo sambal,” jelasnya, kepada BeritaIDN, Jumat, 3 Januari 2024.

Sebagai pemilik dan pengelola kios, Eni memulai usaha ini berbekal pengalaman saat membantu saudaranya di kios serupa. Dengan modal pengalaman itu, ia memulai usaha dengan konsep sederhana namun penuh keunikan, yang kini telah dikenal luas.
Kios Sate Tahu Ibu Eni berlokasi di titik strategis, Alun-Alun Pacitan, yang memudahkan akses bagi berbagai kalangan, mulai dari remaja hingga orang dewasa.
Jam operasional kios mengikuti aturan setempat. Jika ada pembatasan waktu, kios ini buka hingga pukul 04.00 pagi. Namun, jika tidak ada pembatasan, kios ini melayani pelanggan selama 24 jam penuh.
Suasana yang nyaman dan harga yang terjangkau membuat kios ini bukan hanya tempat makan, tetapi juga tempat bersantai. Beberapa pelanggan bahkan betah duduk hingga tiga jam hanya untuk menikmati hidangan sambil bercengkerama.
Pada hari biasa, kios ini mampu menjual hingga 15 porsi sate tahu.
“Pada pagi hari, biasanya hanya terjual sekitar 3 porsi karena pembeli tidak terlalu ramai. Namun, pada malam hari, jika suasana ramai, penjualan bisa mencapai 10 hingga 15 porsi,” tambah Eni.
Eni berharap dapat mengembangkan usahanya lebih lanjut dengan menambah varian jajanan bakaran lainnya, seperti cilok, menggunakan kompor bakar untuk menarik lebih banyak pelanggan.
“Saya ingin terus memajukan kios ini agar bisa menawarkan lebih banyak pilihan bagi pelanggan,” tandas Eni. (*)