Ternyata PAD Pacitan dari UMKM Masih Bergantung pada Shelter Eskape

  • Bagikan
Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, dan Perindustrian Kabupaten Pacitan, Prayitno saat di temui, Senin (26/5/2025). (Foto: Heri/Jurnalis BeritaIDN)

BeritaIDN, PACITAN – Kontribusi sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pacitan masih tergolong terbatas. Saat ini, sektor tersebut masih mengandalkan satu titik utama, yakni Shelter Ekonomi Kreatif Pacitan atau yang dikenal sebagai Eskape.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, dan Perindustrian Kabupaten Pacitan, Suprayitno. Ia menjelaskan bahwa retribusi dari lapak UMKM yang berada di Shelter Eskape merupakan salah satu sumber utama PAD dari sektor yang dikelolanya.

“Untuk retribusi di shelter Eskape itu Rp50.000 per lapak per bulan, non-listrik,” kata Suprayitno saat ditemui di kantornya, Senin (26/5/2025).

Meski nilai retribusinya relatif kecil, namun Suprayitno menekankan bahwa sistem pembayaran dilakukan secara tertib oleh para pelaku UMKM di lokasi tersebut. Adapun untuk kebutuhan listrik, menurutnya tidak dibebankan dalam retribusi, melainkan diatur secara mandiri oleh komunitas UMKM di shelter tersebut.

Kondisi Shelter UMKM Eskape sepi pembeli, Senin (26/5/2025). (Foto: Heri/Jurnalis BeritaIDN)

“Untuk listrik UMKM di Eskape itu ada komunitasnya yang mengatur terkait urusan listrik,” ujarnya.

Baca juga :  Polres Pacitan Polda Jatim Dukung Swasembada Pangan Lewat Pemantauan Lahan Produktif di Desa

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa setiap pembayaran retribusi yang diterima langsung disetor ke kas daerah melalui mekanisme yang telah ditetapkan.

“Rp50.000 itu masuknya ke PAD lewat bendahara penerima kita dan hari itu juga langsung setor ke BKD,” jelasnya.

Dari keseluruhan retribusi tersebut, Dinas Koperasi menyetor sekitar Rp500.000 setiap bulannya ke Badan Keuangan Daerah (BKD), atau setara dengan Rp6 juta dalam satu tahun. Jumlah ini berasal dari sekitar 10 lapak aktif yang tersebar di area shelter Eskape.

“Kita setor ke BKD sekitar Rp500.000 per bulan, dan kalau setahun Rp6 juta dari pendapatan Eskape,” imbuhnya.

Selain dari retribusi shelter, PAD dari sektor UMKM juga diperoleh dari bunga pinjaman dana bergulir yang disalurkan kepada para pelaku usaha kecil. Suprayitno menyebutkan, total bunga yang dikumpulkan mencapai sekitar Rp1 juta dari nasabah UMKM.

Baca juga :  Bhabinkamtibmas Bripka Latip Pantau Harga Bahan Pokok di Pasar Desa Kalikuning Pacitan

“Dan ditambah dana bunga pinjaman dana bergulir Rp1 juta dari nasabah pelaku UMKM,” tambahnya.

Namun demikian, ia mengakui bahwa kontribusi PAD dari sektor UMKM saat ini masih sangat terbatas. Sumber pemasukan hanya berasal dari dua pos tersebut, yaitu retribusi shelter dan bunga dana bergulir.

“PAD kita sementara sumbernya hanya dari Eskape dan dana bunga pinjaman tadi,” pungkasnya.

Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi Dinas Koperasi, Usaha Mikro, dan Perindustrian Kabupaten Pacitan untuk mencari alternatif sumber pendapatan yang lebih beragam dari sektor UMKM. Apalagi potensi pelaku usaha mikro di Pacitan sejatinya sangat besar, tersebar di berbagai kecamatan dengan jenis usaha yang cukup beragam.

Upaya intensifikasi maupun ekstensifikasi pemungutan PAD dari sektor UMKM ke depan diharapkan dapat menjadi perhatian serius, termasuk pembinaan pelaku usaha agar lebih siap mengakses fasilitas pendanaan dan perizinan formal.

Dengan penguatan ekosistem UMKM, kontribusi terhadap PAD pun bisa lebih meningkat dan tidak hanya bertumpu pada shelter seperti Eskape saja. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *