BeritaIDN, PACITAN – Kabupaten Pacitan tak hanya dikenal lewat deretan pantai, gua, dan bukit yang memanjakan mata.
Di balik pesonanya, kota ini juga memiliki destinasi edukatif yang digerakkan oleh masyarakat, salah satunya Watu Mejo Mangrove Park yang berada di muara Sungai Pancer Door, Dusun Kiteran, Desa Kembang.
Kawasan ini merupakan area konservasi mangrove yang telah dirintis warga sejak 2013 melalui Kelompok Tani Mangrove Jangkar Segoro Kidul.
Upaya tersebut dilakukan untuk menjaga keberlanjutan lingkungan pesisir sekaligus menghadirkan ruang belajar tentang pentingnya ekosistem mangrove.
Pada 2021, kawasan ini semakin berkembang setelah adanya pendampingan dari mahasiswa KKN Universitas Gadjah Mada.
Penataan jalur wisata, pemetaan potensi, hingga pengenalan kawasan kepada publik membuat Watu Mejo Mangrove Park semakin dikenal.
Sejak namanya mencuat, destinasi ini mencatat 60 kunjungan resmi pada tahun 2024. Meski tidak memungut biaya masuk, pengunjung dapat menikmati suasana rindang mangrove, berjalan di antara teduhnya pepohonan, hingga mempelajari keragaman vegetasi di kawasan tersebut.
Inovasi terbaru juga dilakukan oleh kelompok pengelola dengan mengganti jembatan bambu menjadi jogging track yang lebih aman dan estetik.
Hadirnya jalur baru ini membuat kawasan mangrove semakin ramah bagi pengunjung, terutama anak muda yang ingin berburu foto atau sekadar bersantai.
Pada pagi hari, kawasan ini menawarkan suasana tenang yang cocok untuk menenangkan diri.
Sementara menjelang senja, Watu Mejo Mangrove Park menjadi lokasi favorit untuk menikmati sunset dari kejauhan.
Dengan pengelolaan berbasis komunitas dan semangat konservasi, Watu Mejo Mangrove Park kini menjadi salah satu contoh ekowisata yang tumbuh dari kepedulian warga terhadap lingkungan pesisirnya sendiri.(*)













