BeritaIDN, PACITAN – Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII Pacitan) mengusulkan langkah strategis untuk menghidupkan kembali Pasar Minulyo yang kian sepi. Mereka mengajukan rebranding pasar agar lebih menarik bagi masyarakat, terutama generasi muda.
Usulan itu disampaikan melalui surat resmi kepada Dinas Perdagangan dan Tenaga Kerja (Disdagnaker), Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), dan DPRD Pacitan pada Jumat, 21 Maret 2025. PMII menilai, tanpa inovasi, pasar tradisional akan semakin ditinggalkan.
Ketua PMII Pacitan, Al Ahmadi, menuturkan bahwa kondisi pasar yang semakin sepi menjadi keluhan utama pedagang. Menurut dia, perubahan citra pasar menjadi lebih modern bisa menjadi solusi.
“Banyak pedagang mengeluhkan menurunnya daya beli. Salah satu solusinya adalah memperbarui citra pasar agar lebih sesuai dengan tren saat ini, sehingga anak muda pun tertarik untuk datang dan berbelanja,” kata Al Ahmadi.
Usulan itu bukan tanpa dasar. Sebelumnya, PMII menggelar diskusi di Pasar Minulyo pada Rabu, 19 Februari 2025. Sejumlah organisasi mahasiswa, seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Palang Merah Indonesia (PMI), serta Aliansi BEM Pacitan, turut hadir dalam pertemuan itu. Diskusi menghasilkan berbagai rekomendasi guna menghidupkan kembali pasar sebagai pusat ekonomi masyarakat.
Sementara itu, Kepala Bidang Advokasi PC PMII Pacitan, Ihsan Efendi, menilai inovasi digital sudah menjadi kebutuhan bagi pasar tradisional. Menurut dia, pola belanja masyarakat berubah seiring perkembangan teknologi.
“Saat ini, pedagang di pasar masih konvensional, sementara pembeli lebih suka yang serba praktis dan cepat. Jika pasar tidak beradaptasi, maka akan semakin ditinggalkan,” ujar Ihsan.
Ia menyebut, salah satu solusi yang diusulkan adalah pelatihan digital bagi pedagang serta pengembangan aplikasi pasar berbasis lokal. Dengan cara ini, jangkauan pemasaran bisa lebih luas, sekaligus membuat pasar lebih kompetitif di era digital.
PKL Liar Kian Marak
Selain rebranding dan digitalisasi, PMII juga menyoroti maraknya pedagang kaki lima (PKL) liar di sekitar Pasar Minulyo. Keberadaan PKL yang berjualan di luar area peruntukan, kata Ihsan, tidak hanya mengurangi estetika pasar tetapi juga mengganggu arus pembeli.
“Banyak kios resmi yang akhirnya tutup karena kalah saing dengan PKL yang tidak dikenai retribusi, sementara pedagang resmi tetap harus membayar,” ucap Ihsan.
PMII mengusulkan empat langkah kepada pemerintah daerah untuk membenahi kondisi pasar:
1. Mengalokasikan anggaran khusus untuk pengembangan Pasar Minulyo dengan mengintegrasikan ikon wisata dan perdagangan Pacitan.
2. Mendorong pelatihan digital bagi pedagang serta pengembangan aplikasi pasar lokal untuk memperluas jangkauan pemasaran.
3. Menjalankan program rebranding yang mengangkat unsur budaya lokal dan memperkenalkan pasar sebagai destinasi ekonomi kreatif.
4. Menertibkan pedagang liar guna menciptakan ekosistem pasar yang lebih adil dan tertib.
Surat rekomendasi itu telah diterima oleh DPRD Pacitan. PMII berharap aspirasi pedagang bisa dikawal hingga melahirkan kebijakan konkret.
Mereka optimistis, dengan sinergi antara pemerintah dan masyarakat, Pasar Minulyo Pacitan dapat kembali menjadi pusat ekonomi yang dinamis dan berdaya saing. (*)