BeritaIDN, PACITAN – Kondisi usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Shelter Eskape, Pacitan, kian memprihatinkan. Sejumlah pedagang mengaku mengalami penurunan penjualan cukup signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Salah satunya adalah Ana, 40, warga Karanganyar, Kecamatan Kebonagung.
Ana sudah lima tahun mengisi salah satu lapak di Shelter Eskape. Sejak awal berdiri pada 2020, ia setia berjualan di tempat tersebut.
“Saya jualan di sini sejak Shelter Eskape ini berdiri 2020, dulunya saya jualan di pinggir jalan depan ini, lalu sejak ini didirikan saya ikut masuk ke sini,” kata Ana, Selasa (27/5/2025).
Lapak Ana buka setiap hari dari pagi hingga sore. Meski harus bolak-balik dari rumah ke shelter, ia tetap berusaha bertahan. Namun, sepinya pembeli membuat pendapatannya turun drastis.
“Kalau dulu per hari bisa dapat Rp400 sampai Rp500 ribu, sekarang hanya sekitar Rp200 ribuan. Itu pun kadang pas-pasan untuk operasional dari rumah ke sini,” ungkapnya.
Ana mengatakan, saat ini hanya pelanggan lamanya yang masih setia membeli. Ia mengaku kesulitan menjaring konsumen baru karena minimnya pengunjung ke shelter.
“Penyebabnya ya karena pengunjung berkurang. Kalau dulu masih ramai, sekarang makin sepi,” ujarnya.
Lesunya aktivitas di shelter membuat banyak lapak tampak kosong atau tutup lebih awal. Beberapa pedagang memilih mencari lokasi lain yang dianggap lebih strategis. Namun tidak demikian dengan Ana. Ia memilih bertahan dan berharap ada perhatian dari pemerintah.
“Harapannya kepada pemerintah, kalau bisa kegiatan rapat atau pelatihan instansi pemerintah diambilkan konsumsi dari pelaku UMKM di shelter ini. Kita bisa kok buat nasi kotak, tinggal diberi kesempatan saja,” harap dia.
Shelter Eskape sendiri awalnya dibangun untuk merelokasi pedagang kaki lima yang sebelumnya berjualan di trotoar atau pinggir jalan agar lebih tertata. Namun belakangan, kawasan tersebut justru sepi pengunjung lantaran kurangnya kegiatan yang terpusat di lokasi itu.
Para pelaku UMKM berharap pemerintah tidak hanya membangun infrastruktur fisik, tetapi juga menciptakan ekosistem yang mendukung tumbuhnya usaha kecil, seperti pelatihan, promosi terpadu, dan keterlibatan aktif dalam kegiatan daerah.
“Saya hanya ingin usaha saya tetap jalan. Kalau dibiarkan seperti ini terus, lama-lama bisa tutup,” keluh Ana.
Pemerintah Kabupaten Pacitan diharapkan lebih proaktif menyerap aspirasi pelaku UMKM di lapangan. (*)