BeritaIDN, PACITAN— Minggu pagi yang biasa saja di Alun-Alun Pacitan. Orang-orang lalu-lalang menikmati udara segar Car Free Day.
Ada yang bersepeda, ada yang jogging, ada yang sekadar duduk-duduk mengamati dunia. Tiba-tiba, sekelompok orang dengan wajah-wajah yang sudah akrab dengan tinta dan ketikan mendekati para pengunjung.
Bukan untuk wawancara atau meminta komentar, tapi untuk membagikan bunga.
Mereka adalah wartawan yang tergabung dalam Forum Pewarta Pacitan (FPPA). Hari itu, 9 Februari 20H25, mereka merayakan Hari Pers Nasional (HPN) dengan cara yang sederhana, tapi penuh makna.
Bukan pesta mewah, bukan seminar bertele-tele. Cukup dengan bunga yang diserahkan kepada warga, seolah ingin berkata: “Pers bukan hanya tentang berita, tapi juga tentang rasa.”
Ketua Panitia HPN 2025, Yusuf Arifai, menyampaikan bahwa aksi ini adalah cara mereka mengingatkan masyarakat bahwa pers ada untuk mereka.
“Kami ingin mendekatkan pers dengan masyarakat. Kami bukan hanya menulis berita, tapi juga bagian dari kehidupan sosial di Pacitan,” kata Yusuf dengan senyum yang tak dibuat-buat.
Selain bagi-bagi bunga untuk para pengguna jalan di seputar alun-alun, pewarta juga melakukan aksi pungut sampah. Aksi ini didasari rasa cinta terhadap lingkungan.
Namun, peringatan HPN ini tak berhenti di situ. Wartawan, meskipun akrab dengan berita keras dan kabar duka, tetap punya hati yang lembut.
Mereka menutup rangkaian acara dengan bakti sosial: memberikan santunan kepada keluarga jurnalis yang telah berpulang.
“Ini cara kami mengenang teman-teman yang telah lebih dulu meninggalkan dunia, tapi jasanya di dunia pers tak boleh dilupakan,” kata Yusuf.
Seorang warga, Ana S (39), mengaku terkejut dengan aksi para pewarta ini menghentikan laju larinya tiba-tiba. Bukan maksud mengganggu, namun untuk dikasih bunga kasih sayang.
“Biasanya kalau ketemu wartawan itu ditanya ini-itu. Kali ini malah dikasih bunga. Menarik juga,” katanya sambil tertawa kecil.
Ia berharap, insan pers ke depan bisa lebih menginspirasi bagi masyarakat. “Semoga lebih menginspirasi,” ucapnya.
Hari itu, di Pacitan, para wartawan tak hanya menulis berita, tapi juga menyebarkan kebaikan.
Sebab, pers bukan hanya tentang headline besar dan isu nasional. Pers adalah tentang manusia, tentang kepedulian, tentang mengingat bahwa di balik kata-kata yang dicetak, ada hati yang bekerja. (*)