Meski koleksi buku di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperpusip) Pacitan telah mencapai 50 ribu eksemplar, masukan dari masyarakat terkait variasi koleksi tetap menjadi perhatian utama.
Kepala Disperpusip Pacitan, Amat Taufan, menyebutkan, pihaknya terus mencari cara untuk memenuhi kebutuhan literasi masyarakat, termasuk melalui koleksi digital.
“Ketika buku manual tidak tersedia, pembaca sebenarnya bisa mencarinya di koleksi digital kami. Namun, kami melihat tren pembaca lebih cenderung mencari literasi digital,” ujar Amat Taufan, kepada BeritaIDN, Senin, 6 Januari 2025.
Amat juga menekankan pentingnya membangun budaya membaca di masyarakat.
“Membaca adalah kebudayaan. Satu hari tanpa membaca ibarat buta. Jadi, baik melalui media digital maupun buku manual, semua tersedia di perpustakaan kami,” imbuhnya.
Soal data kunjungan, Disperpusip mencatat mayoritas pengunjung perpustakaan berasal dari kalangan pelajar, mahasiswa, serta tenaga pendidik.
“Hanya sebagian kecil dari masyarakat umum yang memanfaatkan fasilitas ini,” ungkapnya.
Pada tahun 2024, jumlah pengunjung tercatat sebagai pengunjung perpustakaan umum sebanyak 18.161 orang, perpustakaan keliling 9.901 orang, perpustakaan digital 1.308 orang.
“Total kunjungan selama tahun lalu adalah 29.370 orang,” sebutnya.

Untuk meningkatkan pelayanan, Disperpusip Pacitan menyediakan fasilitas yang lengkap, mulai dari ruang baca, ruang bermain khusus balita, hingga kegiatan pelatihan, seminar, diskusi, pameran koleksi, dan dongeng untuk anak-anak.
Selain itu, berbagai program literasi seperti pameran buku juga terus digalakkan untuk menarik minat baca masyarakat.
“Harapan kami, perpustakaan ini dapat naik standar menjadi perpustakaan nasional, sehingga diakui secara nasional,” ungkapnya.
Salah satu pengunjung, Arvinda Dwi Tya Salma (20), memuji ketersediaan koleksi dan suasana nyaman di Perpustakaan Daerah Pacitan. Ia yang datang bersama tiga temannya untuk mencari referensi tugas kuliah merasa betah berlama-lama di sana.
“Di sini sangat cocok untuk mencari referensi, sekaligus tempat rekreasi yang nyaman. Apalagi dengan suasana yang hening dan kondusif, membuat saya betah berlama-lama di perpustakaan,” tandas Arvinda. (*)